Memasuki Musim Penghujan, Suryono Kebanjiran Order Tebang Pohon Sana Sini
BNews—JOGJAKARTA— Saat musim hujan sering terjadi adanya pohon tumbang, bahkan bisa menimpa bangunan hingga kabel listrik. Alasan seperti ini menjadikan sebagian warga memilih menebang pohon yang berada di dekat rumah.
Bahkan dahan-dahan suatu pohon produktif seperti buah-buahan juga perlu dipotong. Ketika tak bisa dikerjakan sendiri atau sedang sibuk dengan pekerjaaan rutin, biasanya memanggil pelaku usaha jasa potong pohon.
Salah satu warga Sidokarto Sleman, Suryono atau akrab disapa Apo termasuk yang sedang banyak order untuk memotong pohon ataupun mengurangi dahan-dahan. Ia biasa mengajak satu atau dua rekannya ketika ada panggilan jasa potong pohon. Tarifnya cukup terjangkau, pasalnya ia tak menggunakan gergaji mesin.
”Andalan saya cukup pethel atau kampak, gergaji tangan dan parang atau arit gedhe. Warga yang tahu saya biasa potong pohon maupun mengurangi dahan-dahan pohon, terutama karena model gethok tular dari mulut ke mulut. Ditambah lagi, adanya media sosial semakin banyak yang tahu profesi saya,” jelas Apo, Sabtu (25/9).
Selain menerima jasa potong pohon, ia juga biasa nebas beberapa jenis buah-buahan terutama matoa, kelapa muda, alpukat dan pisang kepok kuning.
Tak jarang, ketika memanjat pohon sering ada warga yang memotret pakai ponsel lalu disebar lewat sejumlah media sosial. Termasuk juga ketika jual-beli buah-buahan yang ia tebas. Saat ini paling sering nebas buah matoa, alpukat dan kelapa muda.
”Pohon matoa termasuk jenis pohon yang bisa tinggi dan lebat. Jika dahan-dahan semakin mendekati genteng rumah, pemilik pohon matoa biasa juga menyuruh saya untuk mengurangi dahan-dahannya apalagi ketika sudah mendekati musim penghujan,” jelasnya.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
”Lalu ketika matoa sudah musim berbuah, Saya juga dikabari atau Saya yang menengok dan biasa Saya tebas dengan harga bisa dimusyawarahkan perkilogramnya. Matoa itu ada tiga jenis; yaitu yang masak kulitnya warna kemerahan, warna kuning dan warna hijau,” urai Apo.
Ditambahkan, meski dikenal piawai naik pohon untuk memetik buah-buahan maupun memotong pohon dan mengurangi dahan-dahan, ia memilih mundur. Stau menunda dahulu jika ada rumah tawon gung maupun tawon kemit di pohon tersebut.
Kawanan tawon ini jika menyengat bisa memicu hal-hal tak diinginkan, bahkan bisa mematikan. Ia sendiri pernah disengat seekor tawon gung, lalu panas dingin dan segera periksa ke dokter dan perlu istirahat beberapa hari dahulu.
”Itu baru satu ekor yang menyengat. Kalau ada kawanan tawon kemit atau tawon gung yang menyengat bisa dibayangkan sendiri,” pungkasnya. (ifa/han)
Sumber: Harian Merapi