Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Warning: file_get_contents(https://borobudurnews.com/wp-content/plugins/better-adsmanager//js/adsense-lazy.min.js): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/u6386763/public_html/wp-content/themes/publisher/includes/libs/better-framework/functions/other.php on line 612

Menyingkap Filosofi di Balik Setiap Jenis Gamelan Jawa

BNews-MAGELANG- Siapa yang tidak tahu dengan alat musik yang sering disebut Gamelan? Alat musik ini sangat terkenal, terutama di suku Jawa di Pulau Jawa. Setiap jenis Gamelan memiliki filosofi dan makna tersendiri.

Ternyata, Gamelan tidak hanya dimiliki oleh suku Jawa (Jawa Timur, Jawa Tengah, & D.I Yogyakarta), tetapi juga ada Gamelan Sunda dan Gamelan Bali. Setiap jenis memiliki ciri khasnya masing-masing.

Gamelan Jawa dimainkan dengan lembut, Gamelan Bali memiliki suara yang lebih nyaring, sedangkan Gamelan Sunda sangat khas dengan seruling, sudan, dan rebabnya. Mereka menggunakan laras pelog dan slendro.

Apabila laras pelog terdiri dari notasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (ji, ro, lu, pat, mo, nem, tu), sedangkan slendro memiliki notasi 1, 2, 3, 5, 6, i (ji, ro, lu, mo, nem, i). Di sisi lain, Gamelan Bali memiliki dua bunyi, yang dikenal sebagai smaradhana.

Sejarah munculnya Gamelan Jawa sendiri sudah ada sejak tahun 326 Saka atau 404 Masehi. Menurut Yudoyono (dalam skripsi Prasetyo, 2012), masyarakat Jawa pada saat itu banyak dipengaruhi oleh transformasi sosial budaya dari Hindu dan Buddha.

Budaya tersebut membawa pengaruh bunyi-bunyian seperti suara binatang dan pukulan nada menggunakan alat kendang, ketipung, dan sebagainya. Hal ini menjadi inspirasi bagi masyarakat Jawa untuk menciptakan Gamelan Jawa.

Pada relief candi seperti Candi Prambanan dan Candi Borobudur, terdapat tradisi membuat nyanyian untuk dewa-dewa.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)

Menurut Yudoyono (dalam Prasetyo, 2012), R.P. Projo Sastro Prabowo mengungkapkan bahwa Gamelan Jawa diciptakan oleh “Batara Guru” atau nenek moyang manusia Jawa yang sangat sakti. Alat musik ini awalnya terbuat dari kulit sapi dan digunakan sebagai alat musik pukul. Diperkirakan diciptakan pada tahun 227 Saka atau 355 Masehi.

Setiap instrumen dalam Gamelan Jawa memiliki makna yang terkait dengan kehidupan. Beberapa instrumen tersebut antara lain:

  • Kendhang: Berfungsi sebagai pemimpin dalam permainan musik Gamelan. Nama “kendhang” berasal dari bunyi yang dihasilkan saat alat musik ini dimainkan. Makna dari kendhang adalah agar manusia bersegera dalam beribadah kepada sang Maha Pencipta.
  • Bonang Barung dan Bonang Penerus: Bonang menghasilkan bunyi “nang” ketika dimainkan. Bunyi ini diartikan sebagai setelah manusia dilahirkan, manusia harus dapat berpikir dengan jernih, sehingga keputusan yang diambil penuh kesadaran.
  • Saron: Terbuat dari besi dan berbentuk seperti lesung kecil. Nama “saron” berasal dari kata Jawa “sero” yang berarti keras. Instrumen ini mengajarkan manusia agar selalu lantang dalam menyuarakan kebenaran.
  • Gender: Berasal dari kata “gendera” atau bendera sebagai simbol permulaan. Gender digunakan sebagai permulaan gending maupun dalam konteks kehidupan.
  • Gambang: Berarti seimbang dan jelas, menunjukkan adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Manusia juga harus jelas mengenai apa yang ingin dilakukan serta keseimbangan kebutuhan lahir dan batin.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
  • Suling: Terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara ditiup. Suling diartikan sebagai “eling”, yang berarti ingat. Manusia harus selalu ingat akan kewajibannya.
  • Siter: Terbuat dari kayu dan dimainkan dengan cara dipetik. Makna filosofisnya adalah manusia harus mampu membimbing orang lain menuju tujuan yang baik.
  • Rebab: Alat musik ini dimainkan jika instrumen “gender” tidak ada. Rebab mengandung makna agar manusia dalam melakukan sesuatu memiliki tujuan yang jelas. Tindakan yang dilakukan harus lurus dan tidak menyimpang.
  • Kethuk: Menghasilkan bunyi “thuk” ketika ditabuh. Instrumen ini diartikan sebagai “manthuk”, yang berarti setuju. Manusia harus setuju dengan semua perintah dan larangan dari Sang Pencipta.
  • Kempul: Instrumen ini mirip dengan gong, tetapi berukuran lebih kecil. Dalam Bahasa Jawa, “kempul” berarti kumpul, ajakan untuk berkumpul dalam beribadah. Manusia harus bisa berbaur dengan manusia lainnya dan tidak boleh menjadi egois.
  • Gong: Alat musik ini memiliki bentuk besar dan menghasilkan suara “gooongg”. Filosofi dari gong adalah agar manusia selalu mengakhiri hidupnya dengan sempurna.

Instrumen-instrumen dalam Gamelan memiliki filosofi yang menakjubkan tentang kehidupan manusia. Gamelan juga sangat menarik untuk dipelajari. Jika sebelumnya tidak menyukainya, mungkin setelah mencobanya akan menjadi menyukainya. (*)

About The Author

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!