Tampil Unik, Ganjar Kenakan Baju Adat Melayu Saat Berkantor
BNews—JATENG—Setiap Kamis pekan keempat, pegawai dan karyawan Pemprov Jateng mengenakan busana Nusantara. Hal tersebut memang sudah menjadi kewajiban yang dituangkan pada surat edaran (SE) Nomor 065/0016031/2019.
Para pegawai dan karyawan Pemprov Jateng wajib mengenakan pakaian adat Jawa pada Kamis Pekan Pertama hingga ketiga dan pakaian adat Nusantara pada Kamis pekan keempat. Penampilan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo setiap Kamis pekan keempat pun selalu menjadi sorotan.
Setelah bulan lalu Ganjar tampil keren dengan baju adat Dayak Kenyah asal Kalimantan, Kamis (27/8/2020) bulan ini Ganjar tampil ganteng dengan baju adat Melayu. Ganjar memilih baju adat Padang. Baju koko berwarna merah itu dipadukan dengan celana panjang berwarna serupa.
Namun, ikat kepala yang ia pakai bukanlah pasangan dari baju adat asal Padang, melainkan dari daerah lain. Sementara sarungnya, ia memilih memakai sarung dari Makassar.
”Ini baju adat Melayu, tapi Melayunya mana ya ini, saya lupa. Soalnya saya punya koleksi baju Melayu banyak, ada dari Bengkulu, Sumatera Barat, Riau dan lainnya,” kata Ganjar, Kamis (27/8/2020).
Saking banyaknya koleksi baju adat nusantara milik Ganjar, ia mengatakan kadang kebingungan saat hendak mengenakannya. Misalnya hari ini, saat ia mengenakan baju adat Padang, ia mencari sarung pasangannya tidak ketemu.
“Saya cari sarungnya ndak ketemu, makanya saya pakai sarungnya ini dari Makassar. Yang penting gayanya seperti orang Melayu kan. Soalnya saya punya banyak, termasuk ada dari Kalimantan Barat itu juga mirip-mirip,” jelasnya sambil tertawa.
Download Aplikasi Borobudur News (Klik Disini)
Ganjar mengatakan memang gemar mengoleksi baju adat nusantara. Uniknya, semua baju adat itu ia beli sendiri di tempatnya masing-masing. Saat berkunjung ke suatu daerah, cideramata yang selalu dicari saat ini adalah baju adat.
”Saya itu kalau pergi ke suatu daerah, selalu mencari souvenir apa yang paling unik. Kalau dulu saya hobi koleksi kaos oblong, sekarang mulai tertarik mengoleksi baju adat nusantara,” jelasnya.
Ia mengatakan memiliki banyak koleksi baju adat nusantara di rumahnya. Meski begitu, masih mengidamkan banyak baju adat lain, karena kekayaan dan keragaman budaya Indonesia begitu besar.
”Soalnya beda-beda. Dulu saat saya pakai baju adat dari NTT, saya kira semua sama. Ternyata beda-beda, ada yang lapor ke saya, pak suku saya ndak seperti itu, di tempat saya beda pak. Padahal masih satu provinsi. Makanya saya masih terus akan memburu beragam koleksi baju adat,” ucapnya.
Meski hobi mengoleksi baju adat nusantara, Ganjar mengaku tidak begitu memahami secara detil filosofi dari baju-baju yang ia kenakan itu. Namun menurutnya, pasti semua baju adat memiliki filosofi yang menarik untuk dikaji.
”Saya nggak tahu filosofisnya, yang menarik bagi saya adalah karya budayanya. Umpama ikat kepala ini, saya ndak tahu namanya apa, tapi dari bentuk dan cara mengikatnya seperti ini, pasti punya makna filosofis yang mendalam. Saya senang saja, kualitas kainnya bagus-bagus dan warnanya beragam,” pungkasnya. (lhr/mta)