Dampak PPKM, Wisata Gunungkidul Jogjakarta Rugi Rp17,2 Miliar
BNews—JOGJAKARTA— Sektor kepariwisataan ikut terdampak akibat diberlakukannya PPKM Darurat dan Level sejak awal Juli 2021 lalu. Diperkirakan hingga awal Agustus kerugian akibat penutupan destinasi wisata mencapai belasan miliar rupiah.
Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul, Hary Sukmono mengatakan, penutupan destinasi wisata selama PPKM memberikan dampak signifikan. Pasalnya, selama kebijakan berlangsung praktis tidak ada pendapatan yang masuk, baik untuk pelaku usaha maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui tiket retribusi masuk kawasan wisata.
Ia mengungkapkan, kerugian dari sektor PAD diperkirakan mencapai lebih dari Rp1 miliar. Jumlah ini dihitung berdasarkan tingkat kunjungan dalam satu minggu sebelum kebijakan penutupan destinasi wisata yang mencapai 40 ribu orang.
”Tinggal kali lima (penutupan selama lima minggu) trus dikalikan Rp5.000 untuk rata-rata tiket masuk ke destinasi. Jadi, ada sekitar Rp1 miliar jumlah potensi kerugian dari PAD,” katanya, Minggu (8/8).
Potensial kehilangan pendapatan di sektor dinilai lebih besar lagi. Pasalnya, perputaran uang yang berhenti akibat penutupan wisata diperkirakan mencapai Rp16,2 miliar. Hary menjelaskan, jumlah ini berdasarkan data survey tingkat belanja di destinasi wisata sebesar Rp81 ribu perpengunjung.
Nominal tersebut dikalikan dengan jumlah pengunjung yang mencapai 40 ribu orang di setiap minggunya. ”Penutupan sudah lebih dari lima minggu. Jadi diperkirakan kerugian secara akumulasi dari perputaran uang belanja dan PAD mencapai Rp17,2 miliar,” terangnya.
Menurut dia, potensi kerugian masih bisa bertambah apabila kebijakan PPKM terus diperpanjang. Meski demikian, Hary mengakui akan memenuhi segala kebijakan yang berkaitan dengan upaya penangglangan penyebaran virus corona.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
”Yang jelas saat ini destinasi wisata masih ditutup dan belum ada instruksi untuk bisa dibuka kembali,” jelasnya.
Pemilik warung makan di Pantai Baron, Kalurahan Kemadang, Tanjungsari, Sutini mengatakan, adanya kebijakan penutupan wisata harus memutar otak agar tetap mendapatkan penghasilan. Salah satunya, dengan menjual masakan laut secara online.
”Saya bersyukur laku dan banyak yang pesan sehingga harus mengantarkan ke Wonosari,” ujarnya.
Meski usaha tetap berjalan, Sutini tetap berharap agar wisata bisa segera dibuka. Ia tidak menampik kebijakan penutupan sangat berdampak terhadap usaha yang dimiliki oleh pelaku usaha di kawasan pantai.
”Ya, kalau terus diperpanjang pasti dampaknya akan terasa karena banyak pedagang yang memilih tutup selama wisata ditutup,” pungkasnya. (ifa/han)
Sumber: Harian Jogja