Mengenang 15 Tahun Gempa Jogja, Getaran 57 Detik Tewaskan 5 Ribu Warga
BNews—MAGELANG— Hari ini, tepat 15 tahun terjadinya gempa bumi pada Sabtu pagi, 27 Mei 2006. Dimana gempa tektonik berkekuatan 5,9 skala richter (SR) mengguncang Jogjakarta dan terasa hingga Magelang sekitarnya.
Gempa bumi yang dilaporkan berpusat di Kabupaten Bantul ini tercatat sebagai bencana alam terbesar kedua dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 5.782 orang. Setelah tsunami Aceh yang menewaskan 170 ribu orang pada 2004.
Tragedi kemanusiaan ini bermula ketika pada Sabtu pagi, 27 Mei 2006 sekitar pukul 05.55.03WIB. Banyak orang yang pada saat itu masih tertidur pulas maupun masih terkantuk-kantuk. Meski sebagian telah terbangun untuk bersiap memulai aktivitasnya.
Guncangan gempa bumi berkekuatan 5,9SR yang begitu dahsyat seketika meluluhlantakkan bangunan, infrastruktur, hingga jaringan listrik dan telekomunikasi di seluruh wilayah Jogjakarta, Bantul dan sekitarnya. Tercatat korban yang terdampak akibat bencana alam ini juga mencapai wilayah-wilayah seperti Sleman, Kulon Progo, Gunungkidul, Klaten dan Boyolali.
Padahal, saat terjadinya gempa bumi, masyarakat DIJ dan Jateng sedang menghadapi ketakutan akan ancaman terjadinya wedhus gembeldan lahar Gunung Merapi. Tapi justru yang terjadi adalah gempa dari laut.
Dan hari ini, Kamis (27/5) menandai 15 tahun sudah peristiwa itu berlalu. Namun, tak satupun warga Jogja dan Magelang yang pernah melupakannya. Utamanya mereka yang selamat setelah merasakan langsung gempa begitu hebat tersebut.
Seperti warga Muntilan di Kabupaten Magelang, Hanifah, 30, yang menceritakan pengalaman saat gempa terjadi. Saat itu dirinya yang berusia 15 tahun sudah terbangun dari tidur dan masih di atas ranjang.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
Tiba-tiba ranjang di kamarnya bergoyang cukup keras dan berlangsung cukup lama. Tembok dan kaca juga bergetar kencang. Tetangga yang panik keluar rumah sambil menangis dan berteriak ’lindu..lindu.. lindu..’.
”Saya tahu itu gempa. Setelah di cek beberapa tembok sekitar kusen pintu retak rambut. Nyetel radio juga belum ada berita (gempa),” katanya, Kamis (27/5).
Hanifah saat itu beraktifitas biasa seperti mandi. Hingga pukul 07.00WIB dirinya berangkat ke sekolah naik angkutan umum. DIkatakan dia, warga Muntilan saat itu nampak beraktivitas normal seperti biasa.
”Pas turun dari angkot di daerah Tape Ketan Muntilan, baru berjalan beberapa langkah mau menuju ke sekolahan tiba-tiba dengar ribut-ribut di jalan,” katanya yang saat itu duduk di bangku kelas IX SMP.
Ramai-ramai yang ia maksud adalah banyak pengendara bermotor dari Jogja arah ke Magelang berteriak mengingatkan siapapun yang dilewatinya. Bahwa sebentar lagi akan terjadi bencana Tsunami pascagempa Jogja.
”Tsunami.. Tsunami.. Ada Tsunami dari Jogja..” teriaknya.
Sontak mereka yang panik dengan isu tsunami membuat jalan raya menjadi kacau. Tidak sedikit yang bertabrakan dan mengakibatkan warga terluka.
Angkot tidak mau diberhentikan. Kawasan pertokoan pecinan tutup. Pusat keramaian seperti pasar dan terminal Drs Prajitno muntilan juga menjadi sepi kendaraan juga penumpang.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)
Berdasarkan data Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, gempa berlokasi di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman 17,1 kilometer. Sementara, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) posisi episenter gempa terletak di koordinat 8,26° LS dan 110,31° BT pada kedalaman 33 kilometer.
Setelah data dari berbagai Stasiun yang dipunyai jejaring BMKG dan dilakukan perhitungan, pusat gempa dinyatakan berada di 8.03 LS dan 110,32 BT pada kedalaman 11,3 kilometer dan kekuatan 5.9 SR Mb (Magnitude Body) atau setara 6.3 SR Mw (Magnitude Moment).
Secara umum, posisi gempa berada sekitar 25 kilometer selatan-barat daya Jogjakarta, 115 kilometer selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 kilometer timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, jumlah korban meninggal di wilayah itu adalah 4.143. Sementara, jumlah rumah rusak secara total adalah 71.763, dengan kategori rusak berat 71.372 dan rusak ringan 66.359 rumah.
Total korban meninggal di wilayah Kota Jogjakarta dan Jateng bagian selatan, seperti di Klaten, tercatat mencapai 5.782 orang. Sementara lebih dari 26.299 mengalami luka berat dan ringan, dan terdapat 390.077 rumah yang runtuh.
Sri Sultan HB X saat itu mengatakan rekonstruksi kembali bangunan-bangunan yang hancur dan rusak harus selesai dalam waktu dua tahun agar masyarakat bisa kembali beraktivitas. Proses pemulihan pasca gempa Jogjakarta dan sekitarnya didukung sebagian besar oleh dana APBN dan lainnya berasal dari provinsi dan bantuan negara donor.
Proses rekonstruksi berhasil diselesaikan sesuai rencana. Pemerintah pusat juga telah mengeluarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Dari sana muncul Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 yang memerintahkan pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (han)
Kompong mehonk