Sosok Mura, Berawal Tukang Sapu Kini Jadi Tour Guide Tamu VVIP di Candi Borobudur
BNews–MAGELANG– Berawal sebagai tukang sapu di area Candi Borobudur Kabupaten Magelang, sosok pria ini berkembang. Ia adalah Mura Aristina, yang kini menjelma menjadi Tour Guide Tamu VVIP di Candi Borobudur.
Berawal meski tukang sapu, ia banyak belajar dari sana.Kegigihannya dalam belajar patut diacungi jempol sehingga menjadi seperti saat ini.
Ia mengisahkan perjalanannya bermula ketika ia menyelesaikan pendidikannya di tingkat sekolah menengah atas (SMA) pada 1999 lalu. Saat itu, ia masih berusia 16,5 tahun. Lantaran sang Ayah bilang tak ada biaya untuk kuliah, ia hanya bisa pasrah dan menerima. Memang, Mura notabene berasal dari keluarga sederhana.
Lalu, ia mendapat informasi terkait adanya lowongan menjadi tukang sapu di kompleks Candi Borobudur. Lantas, ia mendaftar. Itulah awal Mura mulai mengenal dunia pariwisata. Bertemu orang-orang penting dari mancanegara.
Tak sedikit pula orang yang kasihan terhadapnya. Bahkan, ia sempat mendapat selembar uang dari para wisatawan. “Kadang ada yang kasihan sama saya. Dikasih uang. Saya seneng banget waktu itu,” kenangnya saat ditemui di rumahnya, Kembanglimus, Borobudur, Kabupaten Magelang, Februari 2022 ini.
Dari situ, ia mulai bertemu banyak wisatawan. Mentalnya diuji lantaran semakin banyak mengenal orang dan dunia luar. Terutama pariwisata. Ia resmi jadi pemandu wisata pada 2002. Namun, pada 2004, ketika ada lowongan pekerjaan sebagai satpam, ia ikut menjadi salah satu kandidat dari 177 peserta. Itupun karena orang tua yang menyuruhnya. Beruntung, Mura masuk diantara lima orang yang diterima. Menurutnya, itu menjadi momentum paling mengharukan.
Lima tahun sudah ia menekuni profesi menjadi tukang sapu. Ia tak membiarkan dunianya hanya berhenti pada urusan sampah dan debu. Ia gigih menempa ilmu dan mengasah kemampuan bahasa asingnya. Meski hanya dari kamus-kamus, nyatanya, ia mampu mendobrak stigma bahwa belajar bahasa asing harus dari bangku sekolah ataupun kursus bahasa.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Mura menceritakan, saat mendapat gaji untuk pertama kalinya sebagai satpam, ia lantas membeli kamus seharga Rp 8 ribu – Rp 10 ribu. Ringan. Namun, yang terpenting adalah esensi dari kamus tersebut.
Dulunya, menjadi pemandu wisata dan bertatap muka langsung dengan para tokoh dunia tidak pernah terlintas dalam benaknya. Saat menjadi guide pun, ia tak langsung memandu wisatawan menggunakan bahasa Inggris. Namun, menggunakan bahasa Indonesia. Lambat laun, mentalnya makin diuji. Semakin gigih pula ia belajar bahasa asing.
Menurutnya, yang terpenting adalah keberanian dan percaya diri. Ia pun mengaku, dalam hal menulis dan membaca cenderung kesulitan. Tapi, dibarengi dengan kemampuan berbicara yang mumpuni. “Awalnya hanya belajar kosa kata. Meski kadang saat penyampaiannya salah, tapi intinya sama. Para wisatawan juga mengerti. Yang penting berani,” tandasnya.
Seperti kata pepatah, laut tenang tidak baik untuk pelaut yang tangguh. Itulah yang dirasakan oleh Mura. Selalu haus akan pengetahuan. Saat menjadi tour guide pun, ia membaca banyak referensi dari buku-buku sejarah di perpustakaan maupun buku yang dijual di sekitar parkir kawasan Candi Borobudur.
Pada 2008, bagian Humas dan Protokol di Balai Konservasi Borobudur (BKB) pensiun. Lantas, karena kerja kerasnya, Mura diminta untuk menggantikannya. Mau tak mau, kemampuan bahasa asingnya harus semakin meningkat. Untuk itu, ia semakin intens belajar, terutama bahasa Inggris.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Baginya, ada tantangan tersendiri menjadi tour guide. Membuatnya semakin haus akan pengetahuan. Mura mengaku, jika menjadi satpam adalah pekerjaan yang paling enak. Waktunya luang. Namun, Mura rasa, menjadi satpam tidak memberikan kemajuan yang signifikan. Nyatanya, setelah ia pindah di bagian humas, ada suatu nilai kemajuan yang tidak disadari.
Seiring dengan itu, dia pun semakin sering diminta memandu tamu-tamu. Meski hanya mengantongi ijazah SMA, berkat kegigihannya memperlancar Bahasa Inggris dan belajar tentang arkeologi secara autodidak, Mura mulai dipercaya menjadi pemandu resmi tamu Candi Borobudur. Dia pun mampu menuturkan kisah dan menyematkan makna pada setiap panel relief candi.
Dulunya, Mura menyebut, tidak hanya belajar bahasa Inggris, melainkan bahasa asing lainnya. Seperti Jepang, Belanda, hingga Spanyol. Namun, karena sedikitnya wisatawan dari daerah tersebut, membuat Mura tidak pernah lagi mempraktikkannya.
Meskipun menjadi pegawai BKB, tak lantas membuat Mura meninggalkan aktivitasnya menjadi pemandu wisata. Ketika ia punya waktu luang, Mura senantiasa mendampingi para tamu untuk berkeliling di Candi Borobudur.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Ia sadar, ternyata tolok ukur kesuksesan menjadi pemandu wisata bukan seberapa besar uang tip yang didapatkan, melainkan kepercayaan. Baik dalam hal sikap maupun pengetahuannya. Ia punya komitmen, bahwa setiap tamu harus dilayani dengan sebaik mungkin. Tak pandang dia tamu penting maupun tidak.
Ketika Barack Obama berkunjung pada 2015, Mura jadi salah satu tour guide yang bisa dibilang beruntung. Pasalnya, ketika awak media maupun orang lain berbondong-bondong ingin memotretnya dari dekat, justru Mura bisa dengan mudah berswafoto dengan mantan Presiden Amerika Serikat itu. Sungguh, itulah satu kesempatan yang mungkin tidak datang dua kali.
Obama hanya satu dari sekian banyaknya tamu very very important person (VVIP) yang pernah Muda dampingi saat menjelajah candi. Ia dipercaya untuk mendampingi beberapa tamu VVIP mancanegara yang datang ke Candi Borobudur. Sebut saja, mantan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull, Putri Kerajaan Thailand Maha Cakri Sirindhorn, mantan Presiden Singapura Tony Tan, dan Putra Mahkota Kerajaan Norwegia Haakon Magnus.
Momen ketika mendampingi Perdana Menteri Australia menjadi sesuatu yang luar biasa baginya. “Diajak ngobrol kemudian selfie. Foto kami dikirim lewat chat. Istrinya pun pernah mengirim pesan lewat Instagram. Dia ingin tour di Indonesia, tapi karena terbentur pandemi, komunikasinya macet sampai saat ini,” tuturnya.
Namun, dari sekian banyak tamu yang ia dampingi, menurutnya, yang paling berkesan ketika memandu Putri Mahkota Thailand. Meskipun dia merupakan guru besar sejarah agama Buddha dan mempunyai murid ribuan, dia tetap mendengarkan apa yang disampaikan Mura.
Ia yang hanya orang biasa, namun harus dituntut untuk bisa bercerita di depan Putri Mahkota Thailand. Meski ia tahu, tamunya itu sudah hafal di luar kepala sejarah-sejarah Buddhisme.
Namun, ia menyebut, salah satu kunci menjadi tour guide adalah percaya diri. “Yang penting percaya diri. Kalau tidak, tour akan rusak. Meskipun di awal akan minder grogi, dan bingung. Lama-kelamaan pasti akan terbiasa,” imbuhnya.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
Mura mengatakan, yang paling banyak ditanyakan oleh para wisatawan adalah mengenai sejarah pembangunan Candi Borobudur, reliefnya, hingga kapal yang ada di salah satu relief candi. Namun, ketika sampai puncak, para wisatawan akan tercengang melihat keindahan candi dan pemandangan di sekitarnya.
Ia masih ingat betul satu pesan dari salah satu tamunya. “Cintai pekerjaanmu. Dengan kamu mencintainya, kamu akan maksimal dalam bekerja. Selalu perbaiki diri untuk menjadi yang lebih bermanfaat lagi,” ujarnya. (*)