Erosi Sungai Progo Ancam Permukiman Penduduk di Magelang, Warga Berharap Direlokasi
BNews–MAGELANG-– Hujan deras mengguyur wilayah Magelang dan sekitarnya. Sehingga debit air di sungai Progo yang melintas di wilayah Magelang bertambah.
Karena debit air bertambah, menyebabkan erosi di tebing pinggir aliran sungai Progo. Tepatnya di daerah Dusun Ngiwon Desa Banyuwangi Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.
Warga setempatpun berharap adanya relokasi. Yakni berpindah ke tempat lebih aman karena sekarang merasa terancam.
Selain itu, warga khawatir adanya potensi dan risiko erosi susulan yang lebih besar ke pemukiman warga.
Dari pantauan, bantaran sungai terkikis hingga berdampak pada beberapa rumah warga. Bahkan, garis polisi pun terpasang di area tersebut menandakan lokasi berbahaya.
Seorang rumah warga juga terancam akibat erosi tersebut. Jaraknya hanya beberapa meter dari alira sungai progo.
Rumah tersebut milik Munadifa, 62, warga Dusun Ngiwon. Ia berharap agar segera direlokasi.
DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DISINI)
“Ya saya harap ini minta pindah (relokasi) aja, mau ditempatkan ke mana saja mau saya. Soalnya saya cuma punya ini (rumah) tok, saya nurut. Kalau melihat seperti ini kan takut juga jadinya. Soalnya dari saya kecil tinggal di sini sudah 60 tahun. Baru kali ini kejadian seperti ini, kalau dulu pernah banjir tetapi tidak separah ini,” katanya dikutip tribun (23/10/2022).
Ia menerangkan, peristiwa erosi sungai terjadi pada Jumat (21/10/2022) sekitar pukul 20.00 WIB bersamaan dengan air sungai yang naik ke arah pemukiman warga.
“Awalnya itu ketika pukul 18.00 WIB, air sudah mulai datang karena hujan deras. Tetapi air masih belum kelihatan kalau naik . Kemudian pada pukul 20.00 WIB malam harinya, air itu sudah penuh semua, warna airnya hitam saat disenter pun tidak kelihatan,” tambahnya.
Kemudian dirinya dan para warga lain ikut panik padahal saat itu sedang menggelar tahlilan.
Di satu dari beberapa rumah warga yang berdekatan pula dengan Sungai Progo tepat di samping sungai.
“Jadi, orang yang mau tahlilan itu takut semua, itu semua lari-lari. Yang perempuan di rumah sudah pada noto-noto, kolam lele ambruk semua. Sampai pagi itu kami tidak ada yang tidur,”ungkapnya.
Kejadian itu pun turut dirasakan oleh Muhromi (54).
Ia mengatakan, dirinya sudah mengamati kondisi sungai sejak pukul 17.30 WIB, Jumat (21/10/2022) ketika air mulai naik.
“Lalu, saya tinggal Maghrib, selesai Maghrib ke sini lagi, airnya sudah naik itu diperkirakan sampai 4 meteran. Lalu, sempat airnya surut langsung terjadi abrasi itu, itu sekitar pukul 19.00 WIB atau 20.00 WIB,”ucapnya.
Melihat air datang dengan debit yang tinggi, kata dia, langsung mengungsikan kambingnya ke tempat aman serta mengemasi barang-barang berharga untuk diungsikan.
“Panik, saya langsung mengungsikan kambing, itu ada 7 ekor. Sekaligus, berbondong-bondong untuk kemas barang. Namun, ada kolam lele itu sekitar 60 kilogram siap panen, tidak sempat diselamatkan karena keduluan banjir,” ungkapnya.
Ia menambahkan, pasca kejadian dirinya masih mendiami rumahnya. Namun, tetap berharap bisa dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.
“Ya saya minta tolong, aparat pemerintahan katanya mau dipindah. Itu, tadi sudah didata yang divonis pindah sekitar 12 rumah,” tutupnya. (*)