Melihat Tradisi Selikuran Masjid Jami Baitul Muttaqin Bandongan
BNEWS—BANDONGAN— Bulan Suci Ramadhan sedang berlangsung saat ini. Banyak kegiatan-kegiatan ramadhan berlangsung di masjid ataupun mushola seperti pengajian, buka puasa bersama, tarawih, tadarus, iktikaf hingga sholat tahajud.
Namun ada yang berbeda di sebuah Masjid di daerah Bandongan Kabupaten Magelang ini. Masjid Jami Baitul Muttaqin yang terletak di Dusun Sengon Trasan, Desa Trasan, Kecamatan Bandongan memiliki tradisi unik oleh jamaahnya.
Selain melaksanan kegiatan ramadhan layaknya tempat tempat lain, warga disini memiliki tradisi yang unik. Mereka setiap tanggal 21 Ramadhan melakukan tradisi selikuran yang sudah berlangsung selama ratusan tahun secara turun temurun.
Salah satu sesepuh Desa Trasan Mbah Thoyib, 91 mengatakan sejak dirinya bocah Tradisi Selikuran sudah ada dan selalu diikuti ratusan warga. “Tidak hanya warga sekitar Bandongan saja namun juga warga dari luar daerah, tentunya hal ini membuat halaman masjid, halaman rumah warga dan jalanan penuh dengan mobil-mobil dari luar kota,” katanya.
“Dulu kata orang tua kami awalnya warga disini memilih iktikaf di Masjid Jamii Baitul Muttaqin Bandongan karena ini merupakan salah satu masjid tertua dan unik, dan tahun demi tahun semakin banyak yang melakukan iktikaf di masjid ini,” imbuhnya.
Makna selikuran sendiri yakni untuk menyambut malam Lailatul Qadar. “Malam ke 21 puasa ini merupakan malam dimana kala itu diturunkannya Al Qur’an, Ibadah di malam Lailatul Qadar ini jauh lebih baik dari ibadah seribu bulan sehingga masyarakat berlomba-lomba untuk memperbanyak ibadah,” paparnya.
Karena semakin banyak jamaah yang datang dari berbagai daerah ke Masjid tersebut pada tradisi selikuran tersebut, mulai banyak pedangan berdatangan juga. Mereka menjajakan aneka jajanan buka puasa maupun oleh-oleh, bahkan berbagai acam souvenir juga ikut dijajakan.
Salah satu pedangan yang sudah berlangganan berjualana di lokasi tersebut, Basuki menjelaskan bahwa para pedangan disini memiliki sugesti jika berdagang pada Tradisi Selikuran maka barang dagangan akan laris. “Tidak hanya itu rejeki kami juga barokah karena memenuhi kebutuhan umat Muslim yang sedang iktikaf di masjid,” jelasnya.
Dilihat dari sejarahnya, Masjid Jami Baitul Muttaqin Bandongan ini memilik keunikan tersendiri. Masjid ini juga merupakan Masjid tertua ketiga di Magelang setelag Masjid Agung Payaman dan Masjid Agung Kauman Kota Magelang
Hal ini memang tidak ada bukti tertulisnya namun berdasarkan cerita masyarakat diyakini masjid ini dibangun sekitar tahun 1773 masehi. Dari sisi model bangunan, gaya arsitektur dan bahan bangunan Masjid Jami Baitul Muttaqin hampir sama dengan Masjid Agung Payaman dan Masjid Agung Kauman Kota Magelang.
Masjid Jami Trasan ini memiliki luas bangunan 15 x 15 meter dengan seluruh kayunya menggunakan kayu jati. Salah satu keunikan masjid ini adalah pemakaian 16 soko guru atau tiang penyangga masjid. Hal ini tentu berbeda dengan masjid lainnya yang hanya memiliki empat tiang. Empat tiang di tengah merupakan soko guru dengan tinggi 7-8 meter dan 12 tiang lain sekitar 2,5 meter.
Tiang-tiang tersebut berdiri dengan pola tertentu sehingga membentuk semacam ruangan atau bilik. Setiap ‘bilik’ memiliki nama tersendiri. Masyarakat meyakini setiap bilik mempunyai manfaat masing-masing. Bahkan konon ada ‘bilik’ tempat berdoa untuk meraih jabatan tertentu.
Pola dan rangkaian kayu jati ini membuat bentuk Masjid Jami Trasan menyerupai bentuk kapal kayu raksasa. Konon nama Desa Trasan ini sendiri mengandung makna terusan Demak. Ini mengandung pengertian masjid tersebut berasal atau dipengaruhi gaya arsitektur masjid di Demak.
Tentunya hal unik dari bangunan Masjid ini serta tradisi menarik saat bulan Ramdhan ini mampu menarik masyarakat untuk berkunjung ke lokasi tersebut. Wisata Religi di Magelang juga cukup banyak, salah satunya ini juga menjadi salah satu tujuan para wisatawan religi. (bsn)