TOLONG!!! 10.000 Warga Lereng Merapi Kesulitan Air Bersih Dampak Lahar Dingin

BNews—JATENG— Setidaknya seribu warada 10 ribu warga yang bermukim di lereng Gunung Merapi kesulitan air bersih. Hal ini terjadi karena pipa induk di mata air Bebeng, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DI Jogjakarta rusak diterjang banjir lahar pada Rabu (1/12) sore.

Kepala Urusan Perencanaan Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jainu mengatakan, pasokan air dari Bebeng macet sejak Rabu sekitar pukul 16.00WIB. Sebelumnya, hujan deras mengguyur wilayah puncak dan lereng Merapi yang mengakibatkan banjir lahar di sejumlah sungai yang berhulu di gunung tersebut.

”Pada Rabu sekitar pukul 16.00WIB ada banjir yang sebelumnya tidak pernah terjadi di Kali Bebeng. Kemungkinan kemarin akibat hujan deras, tanah di lereng Merapi banyak yang longsor dan membendung sungai. Karena tanahnya tidak kuat, akhirnya mengakibatkan banjir yang besar melewati Bebeng,” katanya, Jumat (3/12).

Akibat banjir tersebut, pipa induk sepanjang 500 meter rusak dan hanyut terbawa banjir. Kondisi itu membuat saluran air Bebeng yang dimanfaatkan warga empat desa di dua provinsi itu macet.

Warga pemanfaat air Bebeng yakni warga Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Serta warga Desa Balerante, Sidorejo, dan Panggang di Kecamatan Kemalang, Klaten.

DOWNLOAD APLIKASI BOROBUDUR NEWS (KLIK DI SINI)

”Air sementara tidak bisa dimanfaatkan sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Pengguna air Bebeng ada sekitar 15 ribu jiwa dan pengguna paling banyak ada di Klaten,” kata pria yang juga pengurus Guyub Bebeng.

Jainu mengungkapkan, pengurus sudah menggelar rapat darurat membahas macetnya saluran air Bebeng itu. Untuk membikin air dari Bebeng bisa disalurkan lagi, dibutuhkan pipa pengganti. Selain itu, pembersihan dan perbaikan demi mendapatkan sumber air harus menerjunkan alat berat.

”Sesuai estimasi kami, dana yang saat ini dimiliki paguyuban tidak mencukupi. Estimasi kasar kebutuhannya sekitar Rp200 juta. Oleh karena itu, desa yang ada di Sleman berkoordinasi dengan BPBD Sleman. Sementara, kami yang ada di Klaten akan berkoordinasi dengan BPBD Klaten,” ungkapnya.

Salah satu warga Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Sukiman menerangkan bahwa lantaran air dari Bebeng macet, warga sementara waktu menggunakan air hujan. ”Selama ini, kami memanfaatkan air dari Bebeng dengan iuran untuk pengganti biaya operasional dan perawatan. Kalau di wilayah kami permeter kubik Rp4 ribu,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten, Rujedi Endro Suseno, mengatakan ada sekitar 10 ribu jiwa warga Klaten yang terdampak terputusnya pasokan air dari Bebeng. ”Kami sudah laporan ke pimpinan. Dengan hasil rapat dari paguyuban kemarin, ya harus mengganti pipa yang rusak. Segera dirapatkan untuk duduk bersama menyelesaikan ini,” kata Rujedi.

Mata air Bebeng selama ini menjadi andalan warga empat desa di lereng Merapi antara Klaten dan Sleman. Pada erupsi Merapi 2010 lalu, mata air Bebeng sempat tertutup material vulkanik. Setelah dilakukan penggalian, aliran air dari Bebeng bisa dinikmati lagi. (ifa/han)

Sumber: Solo Pos

About The Author

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!